Untuk Info LM: (021) 4586-3943, (021) 4586-3945                 Untuk Info Valas: (021) 4586-3788, (021) 4586-3789

Close

Change Language

Close Language Selection

Harga Emas Mahal, Tetap di Buru Investor!

Harga Emas Mahal, Tetap di Buru Investor!

Meskipun emas di pasar berjangka masih di perdagangkan dibawah angka $1.750 per oz, harga emas batangan di pasaran masih terlihat beberapa ratus dollar lebih tinggi. Hal ini diungkapkan oleh Chief Market Strategist di Valaurum, Ed Moy. .

Harga emas sebenarnya adalah harga dimana investor rela untuk membayar demi mendapatkan emas dalam bentuk fisik. Sering terjadi kebingungan antara harga pada pasar berjangka dengan harga emas fisik. Dimana harga emas yang tertera pada pasar berjangka ditambahkan biaya-biaya seperti biaya cetak, dan lain sebagainya sehingga harga emas di dalam bentuk fisik mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan emas di pasar berjangka. Sebagai contoh, harga emas sekarang berkisar di $1.735 per oz, namun di perdagangan emas fisik, harga tersebut di tambahkan sekotar $300 / $350 sehingga berada di angka $2.100 an dimana ini merupakan harga tertinggi emas di pasar berjangka yang sempat tersentuh di Agustus 2020.

US Mint, perusahaan pencetak dan penjual emas, mengatakan bahwa mereka mengalami penjualan terbaik di awal tahun. Rekor ini adalah penjualan terbaik jika di bandingkan selama 2 dekade terakhir. Tidak lazim untuk bisa memulai tahun dengan jumlah penjualan yang kuat terutama di awal tahun. Pada Januari 2021, mereka telah menjual 220.000 oz keping emas. Dan para investor tidak membeli emas di dalam keadaan harga termurah. Hal ini terbukti oleh harga emas yang lebih tinggi $250-$350 dari harga yang ada di perdagangan pasar berjangka. Jadi harga di perdagangan pasar berjangka mungkin bisa lebih murah, namun permintaan akan emas ini sangat tinggi sehingga harga yang di tawarkan pun menjadi sekitar 20% lebih tinggi dan para investor terus berdatangan untuk membeli emas dalam bentuk fisik tesebut.

Para Investor mulai beralih ke emas batangan sebagai instrumen investasi karena takut akan tingkat inflasi yang tidak terkontrol di masa yang akan datang. 

Sumber : KitcoNews